Bijih Besi Tembus US$ 70 Per Ton

Harga bijih besi menguat dan menembus level US$ 70 per ton. Hal ini muncul seiring dengan kenaikan harga baja di China bersamaan dengan pertumbuhan permintaan bijih besi berkualitas tinggi.

Permintaan pada material yang berkualitas tinggi di China ini terjadi sebagai respon industri terhadap kebijakan pemerintah dalam mengampanyekan kesehatan lingkungan dan mengurangi polisi udara.

Sejak mengalami kemerosotan pada Maret lalu, harga bijih besi terbatas di posisi US$ 60-an per ton seiring dengan meningkatnya pasokan. Pada saat ini, harga bijih besi berhasil keluar dari pelemahan harga yang cukup dalam, setelah Pemerintah China berupaya mendorong pertumbuhan ekonomi terutama di sektor infrastruktur untuk menekan dampak dari perang dagang dengan AS.

Sementara itu, kenaikan harga bijih besi di tengah perang dagang yang masih memanas membuat harga komoditas logam dasar tersebut memiliki pergerakan harga yang jauh lebih baik dari komoditas bahan mentah lainnya, terutama tembaga. Logam tembaga yang sering digunakan sebagai barometer pertumbuhan ekonomi global harganya tercatat merosot pada pekan lalu ke posisi di bawah US$ 6.000 per ton atau level terendah dalam setahun.

SENTIMEN HARGA

Australia dan New Zealend Banking Group Ltd. memprediksi bahwa harga bijih besi semestinya tetap menguat karena China tetap kukuh pada keputusan kebijakan fiska seiring dengan kenaikan permintaan untuk bijih besi berkualitas tinggi. Pemerintah China telah berupaya menurunkan tingka polusi dan mendesak kota-kota produsen baja domestik untuk memangkas produksi sehingga mendorong kenaikan harga baja.

Sementara itu, harga bijih besi yang menjulang telah memberikan keuntungan bagi perusahaan tambang, termasuk Rio Tinto Group, BHP Billitoon Ltd., Fortescue Metals Group Ltd. di Australia, serta Vale SA di Brasil.

Pada bulan lalu, Vale memberikan sinyal bahwa perusahaan tambang itu tidak mampu memasik bijih besi ke China dengan cukup cepat apabila industri di Negeri Panda menggunakan mesin pembuat baja dengan pembakaran bebas asap. Namun kini perusahaan telah siap memasok pasar China.

*informasi diatas dikutip dari : Bisnis Indonesia, 8 Agustus 2018

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *